Selasa, 06 Desember 2011

Tenganan

Tenganan, Manggis, Karangasem

Tenganan
—  Desa  —
Teganan 200507-1.jpg

Peta lokasi Desa Tenganan
Negara  Indonesia
Provinsi Bali
Kabupaten Karangasem
Kecamatan Manggis
Kodepos 80871
Luas 1.500 hektar
Jumlah penduduk 3.862 (2003)
Kepadatan -
Tenganan adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali. Desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem di sebelah timur pulau Bali. Tenganan bisa dicapai dari tempat pariwisata Candi Dasa dan letak kira-kira 10 kilometer dari sana.
Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran. Yang dimaksud dengan Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan.[1]

Sejarah

Menurut sebagian versi catatan sejarah, kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang memiliki arti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Kata tersebut berhubungan dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).[2]
Sejarah lain mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulu disebut sebagai Bedahulu. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (carrion) kuda tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Itulah asal mula dari daerah Desa Tenganan.[2]

[sunting] Mata Pencaharian

Penenun kain di Desa Tangenan.
Umumnya, penduduk desa Tenganan bekerja sebagai petani padi, namun ada pula yang membuat aneka kerajinan. Beberapa kerajinan khas dari Tenganan adalah anyaman bambu, ukiran, dan lukisan di atas daun lontar yang telah dibakar.[3] Di desa ini pengunjung bisa menyaksikan bangunan-bangunan desa dan pengrajin-pengrajin muda yang menggambar lontar-lontar. Sejak dulu, masyarakat Desa Tenganan juga telah dikenal atas keahliannya dalam menenun kain gringsing. Cara pengerjaan kain gringsing ini disebut dengan teknik dobel ikat. Teknik tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia dan kain gringsing yang dihasilkan terkenal istimewa hingga ke mancanegara.[1] Penduduk Tenganan masih menggunakan sistem barter dalam kehidupan sehari-harinya.[4]

Adat Istiadat

Perang pandan atau duri, salah satu acara adat Tenganan.
Keseharian kehidupan di desa ini masih diatur oleh hukum adat yang disebut awig-awig. Hukum tersebut ditulis pada abad ke-11 dan diperbaharui pada tahun 1842.[4] Rumah adat Tenganan dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah. Sementara atapnya terbuat dari tumpukan daun rumbi. Rumah adat yang ada memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya hanya berukuran satu orang dewasa. Ciri lain adalah bagian atas pintu terlihat menyatu dengan atap rumah.[3]
Penduduk desa ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, salah satunya melalui prosesi adat mesabar-sabatan biu (perang buah pisang). Calon prajuru desa dididik menurut adat setempat sejak kecil atau secara bertahap dan tradisi adat tersebut merupakan semacam tes psikologis bagi calon pemimpin desa. Pada tanggal yang telah ditentukan menurut sistem penanggalan setempat (sekitar Juli) akan digelar ngusaba sambah dengan tradisi unik berupa mageret pandan (perang pandan). Dalam acara tersebut, dua pasang pemuda desa akan bertarung di atas panggung dengan saling sayat menggunakan duri-duri pandan. Walaupun akan menimbulkan luka, mereka memiliki obat antiseptik dari bahan umbi-umbian yang akan diolesi pada semua luka hingga mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Tradisi tersebut untuk melanjutkan latihan perang rutin dan menciptakan warga dengan kondisi fisik serta mental yang kuat. Penduduk Tenganan telah dikenal sebagai penganut Hindu aliran Dewa Indra, yang dipercaya sebagai dewa perang.[5]
Masyarakat Tenganan mengajarkan dan memegang teguh konsep Tri Hita Karana (konsep dalam ajaran Hindu) dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya).[6]

Senin, 05 Desember 2011

Pantai Padang Padang

Pantai Padang Padang merupakan salah satu diantara sekian banyak pantai-pantai indah di Bali. Pantai ini tidak terlalu besar namun dapat dipastikan bahwa pantai yang juga bernama pantai Suluban ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pantai-pantai lain di Bali.


Pantai padang-padang terletak di Jalan raya Uluwatu Pecatu. Pantai ini memiliki posisi yang unik, untuk masuk ke dalam pantai, para pengunjung pantai ini harus menuruni dan menembus tebing karang yang menyambut di gerbang pantai.







Para wisatawan akan menemukan suasana yang berbeda dengan pantai Kuta atau Sanur, di pantai ini, para wisatawan tidak akan menemukan keramaian seperti di kedua pantai tersebut. Selain itu, batu-batu karang yang terhampar bebas dan ombak yang besar menjadi daya tarik lain dari pantai Suluban ini. Tebing-tebing karang yang mengapit pun membuat pantai padang-padang ini memiliki pemandangan yang sangat indah.

Pantai ini masih satu area dengan pantai Balangan, Dreamland,Nyangnyang, Suluban  dan Uluwatu
Pantai ini memiliki karakter yang nyari sama, dengan pasir putih, dg tebing dan bukit bukit tandus.
Surga bagi peselancar (Surfer), karena ombaknya yang lumayan mendukung.
Sebagian pengunjung pantai padang padang adalah peselancar dari luar negeri..
pantai padang padang2
Untuk mencapai pantai ini, misalnya jika anda membawa mobil dari kuta atau denpasar, anda tinggal ikuti  jalan ke GWK atau dreamland, jadi sekitar 30-45 menit berkendara, di papan petunjuk arah , ada arah LABUHAN SAIT ..ambil kanan di petunjuk arah itu.
kalau bingung, ya tinggal tanya saja..gitu aja kok repot..
pantai padang padang3

Jembatan Tukad Bangkung

Tau gak  Jembatan Tukad Bangkung (disingkat : JTB ajha ya!!) ???
JTB bukanlah jembatan biasa karena apa?? Karena jembatan ini merupakan jembatan tertinggi di Asia. *What?? Why??

Jelas lah, karena Jembatan Tukad Bangkung mempunyai panjang 360 meter, lebar 9,6 meter, dengan pilar tertinggi mencapai 71,14 meter, dan pondasi pilar 41 meter di bawah tanah. Nih gambarnya :









Jembatan itu berteknologi balanced cantilever, dengan estimasi usia pakai selama 100 tahun. Dengan alasan supaya tidak mengurangi pemandangan di sekitarnya, jembatan itu tidak dibangun dengan atap di atasnya. Konstruksi jembatan itu diperkirakan tahan terhadap gempa hingga 7 skala Richter. Jembatan itu menggantikan jembatan lama yang letaknya berada 500 meter di arah selatan Jembatan Tukad Bangkung.

Jembatan Tukad Bangkung di Desa Plaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali, diresmikan penggunaannya pada 19 Desember 2006. Jembatan yang menghubungkan tiga kabupaten, masing-masing Badung, Bangli, dan Buleleng .


Diperlukan dana Rp 49 miliar lebih untuk membangun jembatan itu. Dana itu berasal murni dari APBD Provinsi Bali, dengan sistem multiyears sejak tahun 2001 lalu. Pembangunan jembatan itu sekaligus memangkas jarak di jembatan lama sepanjang 6 kilometer.

Udah dulu yaaa....

Mangupura

Kalo liat gambar ini, kalian mikir apa?





Yupssss....
Itu adalah Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung, atau yang lebih terkenal dengan nama PusPem Badung.
PusPem ini dibangun di jalur hijau di kawasan Mangupura. Tepatnya di Desa Sempidi, Badung. Jadi, PusPem ini dikelilingi oleh persawahan. Kalau yang udah pernah kesitu pasti kagum karena bangunannya yg megah dan indah. Yaiyalah, karena PusPem Badung ini adalah Pusat Pemerintahan termegah di Bali.

Mangupura ditetapkan  sebagai ibukota Kabupaten Badung sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2009 tanggal 16 November 2009. Sebelumnya, ibu kota Kabupaten Badung terletak di wilayah Kota Denpasar. Itu loh di Lumintang, Denpasar. *loh kok gak ada?. Yaiyalah gak ada, karena PusPem Badung di Denpasar terbakar beberapa tahun yang lalu. Sekarang tempat itu menjadi Taman Kota dan Lapangan Lumintang.

Mangupura secara khusus dikembangkan sebagai kawasan perkotaan lengkap dengan infrastruktur serta sarana dan prasarana pelayanan publik sesuai standar kawasan perkotaan. Wilayah Mangupura meliputi 9 desa dan kelurahan di Kecamatan Mengwi, yaitu: Desa Mengwi, Desa Gulingan, Desa Mengwitani, Desa Kekeran, Kelurahan Kapal, Kelurahan Abianbase, Kelurahan Lukluk, Kelurahan Sempidi, dan Kelurahan Sading. Ckckckckck.

Tau gak kenapa Ibukota Kabupaten Badung dinamakan Mangupura???
Nama Mangupura terbentuk dari dua suku kata yakni mangu (berasal dari bahasa Jawa Kuna mango, lango, langu, dan langen yang artinya perasaan rindu menjadi terpesona oleh karena keindahan; segala sesuatu yang indah yang menimbulkan rasa cinta; serta keindahan, menawan hati, dan memikat), dan pura (dari bahasa Sansekerta, yakni dari akar kata pur yang berarti kota, benteng, atau kota yang berbenteng). Nah...dengan demikian, Mangupura mengandung arti ibu kota yang menawan hati; ibu kota yang merupakan tempat untuk mencari keindahan, kedamaian dan kebahagiaan; ibu kota yang mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakatnya; dan ibu kota yang menumbuhkan rasa aman bagi masyarakatnya.

Waoooo.. jadi gitu asal usulnya, hahaha bagi yg belum pernah kesana mampir mampir aja yah...

Udah dulu yaaaa....

Selasa, 29 November 2011

Patung Garuda Wisnu Kencana ( GWK Statue )

Ayo kita berwisata ke Bali Selatan !!

Obyek wisata yang pertama adalah Patung Garuda Wisnu Kencana atau yang dikenal dengan GWK,
Mau tahu gambarnya ?? Mau ?? :D 
Nih dia :





Monumen Garuda Wisnu Kencana, terdiri dari patung Garuda dan patung Dewa Wisnu (Bukit Ungasan, Jimbaran, Bali)

Gagah ya patungnya? Iya pasti. Besar? Iya doong jelas. Direncanain buat jadi patung tertinggi di dunia dan ngalahin Patung Liberty, gitu. :O

Tapi, predikat patung terbesar di dunia ini, masih belum bisa kita boyong sekarang nih. Masih mesti nunggu hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

*Loh? Kenapa? o.O

Buat yang udah pernah liat langsung, mungkin udah tahu kalo patung-patung di atas masih diletakkan terpisah dan masih dalam keadaan setengah matang, alias belum jadi sepenuhnya (kedua tangan untuk patung Dewa Wisnu-nya juga masih terpisah dari badannya). Penyelesaian proyeknya masih tertunda karena beberapa hal (salah satunya tentu masalah dana. Hehe).

Monumen GWK ini nantinya diharapkan jadi masterpiece buat pariwisata Indonesia, khususnya Bali. Selain direncanakan jadi monumen dengan tinggi patung yang WAH (kurang lebih 145 m), lokasi monumen juga merupakan taman budaya yang menyatukan unsur alam, kebudayaan dan tradisi kuno lewat wujud yang lebih modern.

Mau tahu lebih lengkapnya?? Mau??
Nih dia :


Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (bahasa Inggris: Garuda Wisnu Kencana Cultural Park), disingkat GWK, adalah sebuah taman wisata di bagian selatan pulau Bali. Taman wisata ini terletak di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah selatan Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman budaya ini, direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali, yakni patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda, setinggi 12 meter.
Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut.
Di kawasan itu terdapat juga Patung Garuda yang tepat di belakang Plaza Wisnu adalah Garuda Plaza di mana patung setinggi 18 meter Garuda ditempatkan sementara. Pada saat ini, Garuda Plaza menjadi titik fokus dari sebuah lorong besar pilar berukir batu kapur yang mencakup lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu Lotus Pond. Pilar-pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda membuat ruang yang sangat eksotis. Dengan kapasitas ruangan yang mampu menampung hingga 7000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan reputasi yang baik sebagai tempat sempurna untuk mengadakan acara besar dan internasional.
Terdapat juga patung tangan Wisnu yang merupakan bagian dari patung Dewa Wisnu. Ini merupakan salah satu langkah lebih dekat untuk menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana lengkap. Karya ini ditempatkan sementara di daerah Tirta Agung.

Bagi yang nggak tahu, arti dari Garuda Wisnu Kencana adalah Burung Garuda Kendaraan Dewa Wisnu.
Jadi, di patungnya nanti, memang akan keliatan Dewa Wisnu sedang mengendarai Garuda tersebut.

Pasti ada yang bertanya-tanya kenaa Burung Garuda bisa menjadi kendaraan dari Dewa Wisnu? Bener khan? Ayo ngaku ! Ini aku kasi asal usulnya :


Dikisahkan, pada suatu hari Sang Winata dan Sang Kadru, istri Bagawan Kasyapa, mendengar kabar tentang keberadaan seekor kuda bernama Uccaihsrawa, hasil pemutaran Gunung Mandara atau Mandaragiri. Sang Winata mengatakan bahwa warna kuda tersebut putih semua, sedangkan Sang Kadru mengatakan bahwa tubuh kuda tersebut berwarna putih sedangkan ekornya saja yang hitam. Karena berbeda pendapat, mereka berdua bertaruh, siapa yang tebakannya salah akan menjadi budak. Mereka berencana untuk menyaksikan warna kuda itu besok sekaligus menentukan siapa yang salah.
Sang Kadru menceritakan masalah taruhan tersebut kepada anak-anaknya. Anak-anaknya mengatakan bahwa ibunya sudah tentu akan kalah, karena warna kuda tersebut putih belaka. Sang Kadru pun cemas karena merasa kalah taruhan, maka dari itu ia mengutus anak-anaknya untuk memercikkan bisa ke ekor kuda tersebut supaya warnanya menjadi hitam. Anak-anaknya menolak untuk melaksanakannya karena merasa perbuatan tersebut tidak pantas. Sang Kadru yang marah mengutuk anak-anaknya supaya mati ditelan api pada saat upacara pengorbanan ular yang diselenggarakan Raja Janamejaya. Mau tak mau, akhirnya anak-anaknya melaksanakan perintah ibunya. Mereka pun memercikkan bisa ular ke ekor kuda Uccaihsrawa sehingga warnanya yang putih kemudian menjadi hitam. Akhirnya Sang Kadru memenangkan taruhan sehingga Sang Winata harus menjadi budaknya.
Sementara itu, telur yang diasuh Sang Winata menetas lalu munculah burung gagah perkasa yang kemudian diberi nama Garuda. Sang Garuda mencari-cari kemana ibunya. Pada akhirnya ia mendapati ibunya diperbudak Sang Kadru untuk mengasuh para naga. Sang Garuda membantu ibunya mengasuh para naga, namun para naga sangat lincah berlari kesana-kemari. Sang Garuda kepayahan, lalu menanyakan para naga, apa yang bisa dilakukan untuk menebus perbudakan ibunya. Para naga menjawab, kalau Sang Garuda mampu membawa tirta amerta ke hadapan para naga, maka ibunya akan dibebaskan. Sang Garuda menyanggupi permohonan tersebut.
Singkat cerita, Sang Garuda berhasil menghadapi berbagai rintangan dan sampai di tempat tirta amerta. Pada saat Sang Garuda ingin mengambil tirta tersebut, Dewa Wisnu datang dan bersabda, “Sang Garuda, jika engkau ingin mendapatkan tirta tersebut, mintalah kepadaku, nanti pasti aku berikan”. Sang Garuda menjawab, “Tidak selayaknya jika saya meminta kepada anda sebab anda lebih sakti daripada saya. Karena tirta amerta anda tidak mengenal tua dan mati, sedangkan saya tidak. Untuk itu, berikanlah kepada saya anugerah yang lain”. Dewa Wisnu berkata, “Jika demikian, aku memintamu untuk menjadi kendaraanku, sekaligus menjadi lambang panji-panjiku”. Sang Garuda setuju dengan permohonan tersebut sehingga akhirnya menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Kemudian Sang Garuda terbang membawa tirta, namun Dewa Indra tidak setuju kalau tirta tersebut diberikan kepada para naga. Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut akan diberikan kalau para naga sudah selesai mandi.
Sampailah Sang Garuda ke tempat tinggal para naga. Para naga girang ingin segera meminum amerta, namun Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut boleh diminum jika para naga mandi terlebih dahulu. Para naga pun mandi sesuai dengan syarat yang diberikan, tetapi setelah selesai mandi, tirta amerta sudah tidak ada lagi karena dibawa kabur oleh Dewa Indra. Para naga kecewa dan hanya mendapati beberapa percikan tirta amerta tertinggal pada daun ilalang. Para naga pun menjilati daun tersebut sehingga lidahnya tersayat dan terbelah. Daun ilalang pun menjadi suci karena mendapat tirta amerta. Sementara itu Sang Garuda terbang ke surga karena merasa sudah menebus perbudakan ibunya.

Liat cerita di balik monumen GWK dan lika-liku pembuatannya, rasanya pengen bgt cepet2 liat monumen selesai dan berdiri dengan gagahnya di Bali ya.

Hwaah, jadi mari kita berdoa bareng2 semoga monumen dan patung GWK ini bisa segera selesai dan jadi salah satu kebanggaan dan ikon pariwisata Indonesia di mata dunia!



Miniatur Garuda Wisnu Kencana (rencananya, si patung besar buat monumen GWK itu, bentuknya nanti bakal kya gini nih)

 Udah dulu ya !!

***Pendahuluan***

Hay semuaaa :) 


Makasih udah buka http://obyekwisatakrisna.blogspot.com !!

Di blog ini, kalian akan aku kasih tau tentang obyek - obyek wisata di Pulau Bali ! :))

Hmm, sebenarnya aku juga bingung, karena semua tempat di Bali kyk'a obyek wisata, hihihihi :D

Hahahaha udah dulu ya SELAMAT MEMBACA!!!

Salam Hangat

Penulis